Sore itu tanggal 9 Feb 2011 aku pulang kerja. Dengan diiringi suara gemerisik pohon-pohon seperti diterpa sesuatu yg besar, sesekali terdengar suara ranting pohon yg patah, aku dan teman ku yg tidak putih berjalan menuju gerbang keluar. Dari masukan fenomena alam yg terlihat dan yg terdengar segera otak kanan dan otak kiri bekerja sama memproses dan mengajukan rekomendasi ada sesuatu yg besar di dalam semak. Sebagai tambahan data untuk pertimbangan dewan otak, kemarin sempat terpergok anak gajah di jam dan gelombang yg sama. Dengan suara bulat ini pasti gajah dan dari arah semak jarak kami 2 meter, segera saya berteriak “ini gajah ayo lari!!!”. Apa dikata reflek teman kalau dalam defensive drive ada 3 tahapan untuk jarak aman (1) tahap melihat (2) tahap analisa (3) tahap bereaksi, si teman ini masih dalam tahap 0 (lho..???). Akhirnya dengan ilmu langkah seribu ditambah lagi ajian supi angin dan ilmu gelap ngampar aku sudah jauh meninggalkan di depan, dan didaulat jadi juara 1. Setelah kami berkumpul terlihat gajah siap-siap mau menyeberang, dan kami bersiap-siap mengaktifkan kamera HP dan “crepret” jadilah foto Anak Gajah.
Sesuai topik dalam pandangan managemen gajah yang tersesat adalah dia keluar dari team, akhirnya visi dan misi dia menjadi tidak jelas dan bisa membahayakan dirinya dan manusia di sekitarnya. Dalam project management membangun team sangat penting, bayangkan jika ada yg mau ke utara, yg satu mau ke selatan, dan lainnya ke tenggara bisa jadi akhirnya mereka tidak kemana-mana. Bisa jadi anak gajah ini memakai salah satu elemen yaitu kreatifitas, ingin mencari rute baru. Kreatifitas boleh saja mungkin bisa diterapkan dalam sebuah model sehingga tidak memboroskan biaya. Dan indetifikasi resiko apa saja jika diterapkan dengan cara mengendalikan bahaya dan jika bahaya tersebut tidak dapat dihilangkan seratus persen apa langkah atau perlindungan terakhir kita. Anak gajah berakhir dengan happy ending bertemu dengan kelompoknya dan mereka hidup bahagia selamanya.