Jumat, 27 Maret 2009
Kejawen dan Hidup
Pada suatu hari di lautan lepas ada 2 ekor binatang srigala dan anjing sedang naik perahu. Berbicaralah srigala kepada anjing,”Tahukah kamu filsafat tentang lautan?” Jawab anjing,” Aku tidak tahu tapi aku hanya tahu satu hal saja.” Matahari bersinar dengan cerahnya srigala bertanya lagi,”Tahukah kamu apa yg terjadi di matahari dan bagaimana planet2 meneglilinginya?” Jawab anjing lagi,”Aku tidak tahu tapi aku hanya tahu satu hal saja.” Tiba-tiba angin bertiup kencang dan membalikkan perahu mereka. Srigala tidak bisa berenang dan mulai tenggelam, dan si anjing berenang mendekati srigala dan menolongnya menuju pulau terdekat. “Aku hanya tahu satu hal yaitu cara berenang di air”, kata anjing kepada srigala. Kadang kita sebagai manusia lupa untuk bersyukur menikmati apa yg ada, kesiapan mental dan fisik menghadapi lautan kehidupan yg kadang pasang kadang surut. Lapar Kenyang Gembira Susah Untung Rugi Terang Gelap adalah warna-warni yg menghiasi kenyataan hidup sehari hari. Antara satu dengan yg lain saling melengkapi dan membutuhkan. Perubahan ini merupakan perputaran yg terus menerus dari Roda Cakra Kehidupan (cokro manggiling) dan persiapan mental kita adalah terangkum dalam ungkapan “OJO GUMUNAN, OJO KAGETAN, OJO DUMEH”. Dalam situasi yg penuh kejutan dan pergolakan ini orang sering kehilangan pijakan. Tetapi dengan bekal tersebut kita diharapkan (1) selalu bersyukur dengan apapun yg kita alami karena membuktikan bahwa kita hidup. Dengan hidup peluang kita untuk melakukan apa yg sudah digariskan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa sangat besar. Kita harus menjadi berkah bagi orang lain dan lingkungan kita. (2) Berbuatlah kepada sesama seperti apa yg ingin orang lakukan kepada kita. Kalau sakit jika dicubit orang maka jangan mencubit. Jika sakit dipukul jangan memukul. (3) Apa yg cocok buat kita belum tentu cocok buat orang lain. Jangan memaksa orang untuk melakukan sesuatu yg benar menurut kita. Kejawen itu bukan agama, kejawen bukan juga orang jawa tetapi suatu pedoman dalam kehidupan. Kalau kita merunut perjumpaan kejawen dengan budaya atau agama besar dunia, selalu diwarnai keselarasan dengan hal yg baru tersebut. Karena kejawen melihat hal-hal positip yg ada dalam budaya dan agama tersebut, dan memperkaya kejawen itu sendiri. Dimulai dari datangnya Hindu, Budha dan kemudian Kristen dengan semangat yg sama keselarasan hidup terjadilah sebuah harmoni. Prinsip keselarasan ini akan menjadi pertentangan jika datang budaya yg menang sendiri, akulah yg terbaik, akulah yg terlengkap, akulah yg terhebat yg terangkum dalam “OJO DUMEH”, dan bertentangan dengan prinsip ketiga dalam kejawen. Dalam kejawen ada istilah ILMU dan WAHYU. Ilmu ono sarono laku, jadi untuk mendapatkan ilmu harus ada langkah AKTIF untuk mendapatkannya. Disisi lain ada Wahyu adalah anugerah dari kekuatan luhur di atas kekuatan manusia, dan manusia menerima itu tanpa syarat atau laku apapun. Orang yg paham kejawen bukan orang yg pasif yg bersembunyi di hutan-hutan, goa-goa dll. Kejawen mengajarkan bertanggung jawab atas perbuatan sendiri, termasuk kalau kita mengambil keputusan untuk pasip. Namun manusia sebagai bagian dari alam, dapat berperan aktif untuk mengambil tindakan untuk melunakkan dampak kodrat alam yg lain, untuk mempertahankan keseimbangan. Seperti pembahasan mengenai perputaran roda kehidupan secara pribadi kalau kita coba renungkan ada periode atau masa-masa dimana secara rohani kita mengalami kerinduan yg amat dalam untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yg Maha Esa. Di fase berikutnya dorongan untuk mengejar hal duniawi mendominasi diri kita. Dan fase yg berbahaya kita merasa kehilangan energi pendorong rohani no duniawi noway juga (suwung). Tuhan dimuliakanlah NamaMu, Rajailah diriku, berikanlah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah semua kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yg bersalah kepada kami, janganlah masukkan kami ke dalam percobaan, dan bebaskanlah kami dari yg jahat. Amin
Label:
Budaya Jawa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar