Senin, 23 Februari 2015

Gerakan Kebatinan Nasional

Indonesia dari jaman dulu sampai sekarang pergantian kekuasaan sering menjadi "misteri" dari jaman majapahit, order lama dll. masing-masing membuat klaim sebagai yg paling benar. Kebenaran menjadi milik penguasa, penguasa bisa membuat opini dia mendapat titah dari Tuhan, titisan dewa anu, dll. Kalau kita perhatikan kita kaya dan ahli krisis. Krisis BBM, krisis Pangan, krisis Hukum, krisis kepercayaan, krisis moral, krisis2 yg lain.

Kenapa bisa terjadi?
Dosa yg paling disenangi setan adalah kesombongan (sori ya setan sementara jadi kambing hitam). Ada filem bagus yg menggambarkan ini "Devil's Advocad". Pribadi, kelompok, negara merasa benar sendiri, merasa menang sendiri sudah menjadi budaya. Memaksakan kehendak ke kelompok lain, kalau tidak sejalan dengan dia dianggap "salah" dan perlu diberantas. Kita punya "Bhineka Tunggal Ika tan hana darma mangrwa" (maaf kalau salah penulisan). Walaupun berbeda beda tetapi tetap satu. Secara batin kita sama, tetapi secara ekspresi lahiriah pengungkapannya berbeda-beda. Makanan kita bukan hanya makanan fisik saja tetapi perlu melaksanakan kehendak Tuhan. Karena kita mahluk fisik dan mahluk rohani. Konsep hidup menerima perbedaan untuk memperkaya keragaman berkehidupan adalah Jawa (bukan suku jawa). Tetapi Jawa adalah konsep hidup yg secara batin selalu ingat terhadap Tuhan, dengan terhubung dengan Tuhan kita bisa menerima perbedaan yg ada. Yg sekarang terjadi orang sudah lupa akan hal itu. Seringkali mereka mencap orang tidak berbuat sesuai budaya timur, tetapi yg dipakai sebagai ukuran adalah budaya impor juga. Sabdopalon pernah berkata kita sudah melupakan agama Budi, agama Rasa, karena kitab orang Jawa adalah Roso, rasa batin. Batin yg selalu eling/ ingat pada Tuhan. Cahaya Tuhan menerangi disegala penjuru bumi, meskipun daerah itu belum tersentuh agama resmi, karena itu kebaikan bisa muncul dimana saja. Semakin olah rasa kebatinan ke Tuhanan kita dengan benar untuk mengikis kesombongan kita. Kita serahkan segala kelemahan kita dihadirat Tuhan Yang Maha Esa.