Senin, 08 Juni 2009

Rajah Kalacakra

coba

“Niat ingsung matek aji ajiku rajah kalacakra kang ana dadane sang hyang kala” begitulah dimulainya ilmu Rajah Kalacakra dengan sebuah niat. Kala dalam bahasa indonesia Waktu adalah hal yg mengiringi setiap langkah manusia hidup di dunia ini. Ada saatnya energi hidup kita tinggi dan di saat berikutnya rendah, di saat tertentu senang dan di saat tertentu sedih, inilah Hidup. Dan naik turunnya kehidupan atau bersiklus dirangkum dalam istilah “Cakra Manggiling” roda kehidupan.

Rajah Kalacakra adalah sebuah kekuatan yg merubah dari suatu keburukan menjadi kebaikan, sebuah doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa supaya merubah suatu kondisi yg buruk menjadi kondisi yg baik selama kita hidup dalam kekuasaan waktu atau Sang Kala atau Sang Hyang Kala. Rapalan ini juga sebuah sugesti ke dalam batin kita sehingga mental kita menjadi lebih kuat dalam menjalani kehidupan.

1

Yamaraja
Jaramaya
siapa yang menyerang berbalik menjadi belas kasihan

2

Yamarani
Niramaya
siapa yang datang dengan niat buruk akan malah menjauhinya

3

Yasilapa
Palasiya
siapa yang membuat lapar berbalik memberikan makan

4

Yamidora
Radomiya
siapa membuat miskin menjadi memberi kecukupan

5

Yamidosa
Sadomiya
siapa yang berbuat dosa manjadi hilang kekuatan

6

Yadayuda
Dayudaya
siapa yang memerangi hilang dayanya

7

Yasiyaca
Cayasiya
siapa yang membuat celaka berbalik membuat sehat dan sejahtera

8

Yasihama
Mahasiya
siapa yang membuat merusak berbalik membangun dan sayang

Seperti halnya mantra-mantra yg lain, Rajah Kalacakra ini dipercaya menggetarkan simpul energi di Jagad Besar (macrocosmos) dan juga di Jagad Kecil (microcosmos) sehingga menimbulkan sebuah kekuatan yg mampu melindungi dari segala yg jahat. Dalam tubuh manusia dipercaya ada 7 (tujuh) Cakra (simpul energi). Energi manusia disamping dari makanan dan minuman, juga dari energi yg keluar masuk ke Cakra ini. Sebuah “Mantra” dengan nada tertentu berpengaruh ke Cakra tertentu dan mengaktifkannya.

trinitas “Trinitas” Tiga adalah Satu Satu adalah Tiga, adalah merefleksikan hubungan Macrocosmos (Tuhan/ Bapa), Microcosmos (Putra/ Manusia) dan Sesuatu yg menghubungkan antara Macrocosmos dan Microcosmos yaitu Roh Kudus. Manusia hidup di dunia sudah diberi sarana untuk membedakan baik dan buruk yaitu “Hati Nurani”. Seperti halnya siaran televisi yg canggih tetapi alat penerimanya kurang canggih, maka siaran dari “Hati Nurani’ tidak sampai ke akal budi. Karena dalam belantara spiritual banyak hal yg samar-samar. Coba kita ingat kembali peristiwa bapa Abraham yg mau menyembelih anaknya. Misalkan kita dapat bisikan seperti bapa Abraham, bisakah kita membedakan itu dari kekuatan suci ataukan kekuatan jahat. Maka dari itu carilah “Guru Pembimbing” yg baik,bagaimana ciri guru pembimbing yg baik seperti apa? Lihat buahnya yakni perbuatannya.

Yang paling aman adalah sampai tataran sariat saja cukup tetapi dilambari dengan “Cinta Kasih”. Apa itu cinta kasih? Tidak ada cinta yg lebih besar daripada seorang sahabat yg mengorbankan nyawanya. Jadi kalau dilihat dari sana cinta kasih identik dengan pengorbanan, jauh dari kesan gembira dan yg lebih pokrolnya lagi sudah susah tetapi di hati orang tersebut merasa senang. Cinta itu senang jika orang lain senang, tertawa gembira, dapat rejeki dan lain-lain. Cinta itu berempati jika melihat orang lain sedih atau sedang dirudung malang. Inilah kekuatan yg maha dahsyat yg sanggup merontokkan lingkaran “Karma”. Kekuatan ini pulalah yg bisa menjadi penopang jika kita dan pasangan kita ada ketidak cocokan unsur baik itu pasaran maupun weton dan juga umur. Jika ada salah satu yg seperti samudera, masalah sebesar gunung pun bisa lenyap tertelan “Suro diro jaya ningrat lebur dening pangastuti”.

Ada juga kisah dalam pawayangan yg menggambarkan keinginan manusia untuk mencapai tahapan hakekat yg akhirnya menjadi petaka. Adalah seorang putri bernama Sukesi membuat sayembara jika bisa memberitahukan apa makna “Sastra Jendra Hayuningrat” atau sastra hidup akan dijadikan suami. Seorang resi Wisrawa yg datang memenuhi sayembara tersebut untuk anaknya. Dalam proses pengajaran para dewa mengirim godaan dan akhirnya gugurlah proses tersebut dan menyebabkan lahirnya angkara murka yaitu Rahwana/ Dasamuka dan adik-adiknya.

So cari yg pasti-pasti aja he..he..he….

3 komentar:

Unknown mengatakan...

jika, “Trinitas” Tiga adalah Satu Satu adalah Tiga, adalah merefleksikan hubungan Macrocosmos (Tuhan/ Bapa), Microcosmos (Putra/ Manusia) dan Sesuatu yg menghubungkan antara Macrocosmos dan Microcosmos yaitu Roh Kudus. ~ lalu apakah Putra itu bukan Tuhan (juga)..?

Bayu mengatakan...

Memang topik ini tidak mudah penjelasannya. Analogi yg mudah adalah sebuah mata uang ada dua sisi mata uang dan mata uang mempunyai ketebalan, yg satu gambar dan yg satu adalah angka, tetapi melihat dari manapun kita tetap menganggap itu uang.

eujene dibios mengatakan...

keren mas...jadi ingat quote dari hb IX, walaupun kita dididik dengan ilmu modern gaya barat namun kita tetap orang jawa